SEUTAS BENANG MERAH





Jaga dirimu baik-baik. Aku akan pergi jauh. Jagalah seutas benang merah yang 
aku berikan. Genggam dengan erat. Karena satu diantara kita tidak akan 
pernah membiarkan benang merah ini terputus. Sejauh apa pun jarak. 
 
Itu katamu. Penipu.
 
Kau tahu kenapa cinta itu buta? Karena cinta tidak pernah mengenal jarak,
 ruang dan waktu. Kau tahu kenapa aku membiarkanmu pergi jauh tapi tidak 
membiarkan cinta ini terhenti begitu saja? Karena aku percaya cinta itu buta. 
 
Itu keyakinanku. Pemimpi.
 
Saat itu kau memberikan seutas benang merah. Kau mengikat salah satu 
ujungnya dengan lembut di jari manisku, lalu mengikat ujung yang lain 
di jari manismu. Benang merah yang tipis ini adalah penghubung, 
perlambang cinta diantara kita. ketika ragamu terpisah jauh dariku, 
tapi tidak hati kita.
 
Hari itu pun tiba, hari ketika pesawat mengantarkanmu menuju pulau 
yang berbeda, waktu yang berbeda dan jarak. Ya, jarak. Tapi apakah 
seutas benang merah ini lunglai? Tidak. Aku merasakan suatu tarikan.
 Karena kita sama-sama menggenggamnya erat. 
 
Ada saat-saat dimana aku merasakan hentakan seutas benang merah ini, 
ketika kau menjadi pecandu rindu, sementara aku terkadang ingin 
melepaskannya, karena aku adalah perampas bebas. Perampas bebas, 
tapi aku memberikan seutuh hatiku, percayalah...
 
Ada saat dimana aku yang menjadi pecandu rindu. Aku akan 
menghentakkan seutas benang merah itu begitu keras. Bahkan 
hingga kau tersentak berontak, berteriak bahwa aku berubah terlalu 
jauh, tidak sedewasa yang kau inginkan. Aku tak kalah berteriak. 
Ini karena aku terlalu merindukanmu! Semakin kuat kita berteriak, 
seutas benang merah itu hanya bisa lunglai.
 
Hari yang tak pernah kita harapkan pun terjadi. Ketika ego, jenuh, 
dan pemusnah janji mengangkat arti. Aku dengan sebulat ego tapi 
percayalah... aku masih menggenggam erat seutas benang merah ini. 
Tapi sudah lama, aku tidak merasakan tarikan seutas benang merah.
 Apa kau sudah bosan menjadi pecandu rindu? Seutas benang merah 
yang sangat lunglai menjawabnya. Ketika aku menariknya, aku 
mendapatkan ujung satunya... kau telah memotong seutas benang 
merah yang ada di jari manismu... penipu.
 
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

4 Response to "SEUTAS BENANG MERAH"

  1. ayu aditi says:
    25 Februari 2011 pukul 04.31

    aw aw aw
    gambar ilustrasinya :O

    =======================
    Kau tahu kenapa cinta itu buta? Karena cinta tidak pernah mengenal jarak, ruang dan waktu. Kau tahu kenapa aku membiarkanmu pergi jauh tapi tidak membiarkan cinta ini terhenti begitu saja? Karena aku percaya cinta itu buta. Itu keyakinanku. Pemimpi.
    ============================

    aku juga pernah merasakan seperti itu ma T^T
    nyesek T^T

  2. yuiayumisakurai says:
    25 Februari 2011 pukul 05.33

    Maa,, ini cerita tentang orang yang lagi dong distance ya??? T^T, aku jadi merasa khawatir T^T
    soalnya cerita awalnya...aku banget!

  3. Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" says:
    25 Februari 2011 pukul 18.28

    oh yah, btw, mengenai proyek gw itu tenggangnya dimajuin. jadi tanggal 15 maret... masihh ditunggu looh naskah dari lo.. hehhehe
    http://emmanuelthespecialone.blogspot.com/2011/02/naskah-yang-telah-saya-terima.html

  4. ciptanirmala says:
    25 Februari 2011 pukul 21.41

    @ayu aditi: wehehehe biar tertarik orang baca, pke gambar ini ajah, ngahahahaha, wew... kita cama dunx...
    @ayu bando: gapapa yuk, tu khan tergantung orangnya. ma dua kali long distance, yang satunya rekor terpendek pacaran, cuman sebulan, hax2! tapi yang satunya lagi rekor terlama pacaran, ho2! ya tergantung siapa yang kita pacarin tu, hoh...
    @noel: tidaaaaak!!! belum bikin sama sekali, hu666...

Posting Komentar

blog ini memiliki kutukan, jika anda tidak memberikan komentar setelah membaca blog ini, maka anda akan mengalami sembelit 7 turunan... makanya komen yax! *fufufu... tertawa licik*