FEROMON MATA ITU



Terduduk di depanku
Serpihan kaca-kaca
Bahkan rapuh jika tersentuh
Terlihat di matamu
Cinta, apa aku melukaimu lagi?
Atau aku melihat luka yang berdusta lagi?
Entahlah. Saat ini aku ingin memelukmu

Berdiri di depanku
Lelaki tegap tak berdaya
Memaksa tersenyum serupa aku
Terlihat di matamu
Cinta, apa saat itu aku melukaimu pertama kalinya?
Atau aku melihat luka yang berdusta?
Entahlah. Saat itu aku ingin beranjak
Meninggalkanmu dengannya
Beranjak sepenuhnya tanpa hati

Masih dengan mata itu
Tersuguh sebongkah hatiku yang tertinggal
Terlihat begitu hangat. Mempercayaimu. Ragu.
Tidak. Kau menjaga hatiku untukku.
Tidak. Kau datang ke masa ini untukku.
Tidak. Kau tidak akan melukaiku.
Terlihat di matamu
Entahlah, kau boleh mendekapku sekarang

Sorot luka dari matamu
Adakah dari masa lalu kita?
Iya. Kau punya feromon. Aku punya dosa.
Aku pernah melukaimu. Lukai aku sekarang.
Saat aku benar-benar mencintaimu
Lukai aku sekarang. Dengan mata yang lemah menawan.
Lukai aku sekarang. Dengan mata yang rintih menjerat.
Lukai aku sekarang. Dengan mata yang penuh luka.
Feromon mata itu
Adalah luka yang penuh dusta
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

TERHENYAK LENYAP



Malam, aku akan tidur
Mencoba mencari mimpi, yang telah aku tinggalkan
Aku lupa dimana meletakkannya

Pagi, aku akan bangun
Mencoba mencari di alam nyata, apa yang telah tiada
Aku lupa kapan menghunusnya

Malam, kini aku tertidur
Mimpi melemparkan sesosok putih
Mungkin malaikat
Mendekapku sebisanya
Tapi ragaku menghempasnya
Putih itu lenyap
Aku terhenyak, apa?

Pagi, kini aku terbangun
Nyata menghunus mimpi yang kuhempas
Mungkin kuhunus sebisaku
Agar mati dalam abadi
Tak kusangka ragaku sebegitu hebat
Luka yang berdusta
Aku terhenyak, apa?

Pagi, malam, teruslah berjalan
Bawa aku dalam mimpi dan nyata
Biarkan aku berjalan sepenuhnya tanpa hati
Ringan. Lepas. Hempas. Indah.
Mungkin aku sempat terhenyak,
Ada yang hilang?
Entahlah...
Setahuku, aku telah melenyapkannya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SANG PERFEKSIONIS MENGHAPUS AWAN




aku selalu menunjuk langit
lebih indah dari apa pun
tapi aku selalu menunjukmu
paling indah dari apa pun
sederhana yang sempurna

kau membelai wajahku
dengan mata yang senyap
aku terdiam. Langit tak kelam.
kau berkata wajahku sempurna
terhenyak lega batinku

aku beranjak menginjak jera
masih, masih dengan inginku
menunggu kepakan sayap dari punggungku
agar aku bisa mendekapmu
lebih sempurna dari ini

kau jerat resahku
mendekapku dan berkata,
”dekaplah aku dengan tangan kecilmu
tangan kecilmu menumbuhkan sayap kecil
pada punggungku”
aku terdiam. Langit tiada kelam
terhenyak lega batinku

suatu ketika pada waktu yang tak abadi, kenapa?
punggungmu mengecil dari tempatku terdiam
seketika menangis, kau pun berbalik
menyentuh wajahku pelan
aku berharap sempurna masih ada
Tidak. Kau bersabda tiada kedewasaan
sempurna yang lekang
Hilang. kisah berakhir. Di sini. Di tempat yang sama

Aku terduduk rapuh
Menangis pada blue wind yang tak koyak
Menangis pada perfect blue langit yang tak jenuh
Menangis padamu yang sempurna
Terlalu sempurna.
Pada ragaku yang hina
Terlalu hina.

aku membutuhkan awan
untuk menghangatkan batinku
tapi kau
sang perfeksionis
menghapus awan dari hamparan langit yang kau anggap
SEMPURNA.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

AKU MAU JADI MAUMU




Aku tau
Aku bukan maumu
Ga mau tau.
Kamu harus tau
Aku mau jadi maumu

Kamu tau
Kamu emang mauku
Kamu ga mau tau
Aku mau
Jadi maumu
Pokoknya aku mau jadi maumu.

Aku tau kamu ga mau
Aku mau kamu ga tau
Kalo aku bukan maumu
Uda tau?
Mutlak.
Aku mau jadi maumu

Kamu tau aku ga mau
Ga mau ga jadi maumu
Ketahuan mau
Aku tau aku bener-bener mau
Mau jadi maumu.
Kamu mau aku bener-bener tau
Ga mau tahu aku.

Uda tau kalo aku udah mau?
Kamu harus tau banget
Aku mau jadi maumu.
Titik.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

RERUNTUHAN WAKTU SANG ANDROID ADENOID




Terpaku dungu resapi lukisan ini
Sama...
Punggung bersayap hitam yang mengecil
Dari raga yang perlahan hina
Diam. Terusik. Hantam bisik. Beranjak


Rebahkan raga ini bisu
Dendangkan janjimu untuk akhir fakir
Akan tertutup mata
Terbuka angkuh rasa
Cinta itu dusta. Luka.
Dekapan itu terlelap. Dungu.
Mimpi itu mati. Hati.
Terhenti...


Raga ini hampa
Dibekukan ingin
Ambil jiwaku, rampas mimpiku, injak rasaku
Musnahkan ingatanku
Tentangmu.


Terlahir android
Akan menatapmu kosong. Angkuh.
Akan melupakanmu. Lepas.
Akan menghunusmu. Sungguh.
Masih berani berdiri di hadapanku?
Raga ini yang akan menjemputmu
Menghentikan denyut angkuh aortamu


Terkisah mata kosong androidku menatapmu
Angkuh teguh. Camkan. Hempas kalah.
Raga elokmu yang palsu kemilau
Matamu sama
Lemah menawan
Merajuk reruntuhan waktu yang telah kubuat binasa
Teringat masa...
Saat kau menyuguhkan sebongkah hati
Berlimpah mimpi membuka pintu langit
Saat kau menukik waktu menimang abadi
Mengacaukan dimensi perih
Kau tahu seberapa tinggi angkuhku
Kau tahu seberapa hebat teguhmu
Kacau. Aku bahagia bersamamu.


Air mataku bahkan menghapus debu daguku
Tidak. Aku telah menjadi android
Iya. Wajahku tampak adenoid untuk seutuh android
Bukan. Bukan seutuh android. Serapuh android
Hentikan. Aku telah membinasakan waktu
Di hamparan ini raga androidku
Akan membuka celah langit
Dan membuangmu dalam black hole terhina
Tapi apa?
Reruntuhan waktu ku genggam erat
Aku masih punya air mata dalam raga androidku
Wajahku. Wajahku. Wajahku.
Begitu adenoid
Bodoh.


Dalam raga androidku
Matamu memanggil masa itu. Waktu kita.
Air mata ini masih mengingatmu
Aku android adenoid
Kacau.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS